Pemko Malang Bayar Utang Guru TK yang Dikejar kejar Debt Collector

Infonesia.id- Pemerintah Kota Malang memanggil Mawar (nama samaran) seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) yang nyaris bunuh diri karena frustasi dengan teror tagihan utang yang dia pinjam dari aplikasi pinjaman online (pinjol).

Wali Kota Malang, Sutiaji ingin mendapatkan penjelasan langsung soal tagihan utang yang mencapai Rp35 juta dari pinjaman online ini.

Utang ini berawal dari keinginan Mawar untuk membayar biaya pendidikan Strata 1 (S1) sebesar Rp2,5 juta. Dia menempuh S1 sebagai persyaratan dari lembaga pendidikan dia bekerja karena ijazah miliknya barulah Diploma 2 (D2). Keputusan berurusan dengan pinjaman online membuat dirinya terjerat utang.

Rp2,5 juta dia pinjam dari 5 perusahaan pinjaman online. Sebab, limit pinjaman dari masing-masing perusahaan hanya Rp500 hingga Rp600 ribu saja. Tenor pembayaran hanya 5 hari setelah uang pinjaman diterima.

Hal inilah yang membuat dirinya gali lubang tutup lubang untuk membayar utang hingga terjerat pada 24 perusahaan dengan nominal Rp35 juta beserta bunga pinjaman.

Sutiaji mengatakan, usai mendapatkan penjelasan dari Mawar, dia memutuskan menanggung seluruh utang dari Mawar. Dia memerintahkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Malang untuk membayar lunas utang itu.

Karena dari 24 perusahaan itu hanya 5 yang legal, maka Pemkot Malang hanya akan membayar utang pokoknya saja.

“Saya sudah panggil Baznas nanti diinventarisir berapa jumlah utang sebenarnya, akan kita take over sehingga tidak ada tanggungan lagi. Harapan kami, membayar utang pokoknya saja. Artinya, tanggungan korban sudah tidak ada karena sudah diambil alih Pemkot Malang,” kata Sutiaji.

Selain masalah dengan perusahaan pinjaman online dengan teror debt collector saban hari, nasib sial kembali dialami Mawar. Sebab lembaga pendidikan tempat dia bekerja justru memecat dirinya. Tujuan pinjam online demi menempuh S1 sebagai syarat mengajar di TK tempat dia bekerja kini justru sirna, seiring pemecatan yang dia alami.

“Yang kedua berkaitan dengan pendidikan, saya sudah koordinasi dengan lembaga pendidikan tempat dia bekerja. Lalu saya minta Kepala Dinas Pendidikan dicarikan solusi untuk ditempatkan di sekolah lain. Supaya korban bisa tetap berkontribusi di dunia pendidikan,” ujar Sutiaji.

sumber: viva.co.id